H
|
ari itu seluruh rombongan armada
masa depan (red: etoser) mengadakan
agenda rihlah atau tamasya di
penghujung semester ganjil kali. Etos Malang kali ini diisi dengan Golden Generation 2011, Rising Star 2012 dan Youth Revolutioner 2013. Pada kesempatan
kali ini mereka akan berangkat menuju Eco
Green Park Batu Malang yang merupakan wisata ecology pertama di Jawa Timur.
M
|
ereka berkumpul di asrama wagil (red: watu gilang) pada pukul 7:30
sesuai dengan jarkoman dari pendamping. Rihlah
karena terasa berbeda dengan agenda rihlah
sebelumnya. Kali ini mereka menuju ke lokasi tanpa akomodasi transportasi dari
manajemen. Kali ini mereka harus sampai di lokasi dengan uang seadanya yang
diberikan oleh manajemen. Tema kali ini
adalah survival trip dengan tujuan
mendidik mereka untuk berjuang dengan keadaan yang seadanya. Tidak hanya itu
saja, rihlah kali ini terasa berbeda
karena mereka mendapatkan penugasan untuk mengenal masyarakat dan melakukan hal
kebaikan.
S
|
ebelum berangkat mereka dibagi
kelompok lalu mereka diberangkatkan. Setelah diberangkatkan ternyata terdapat
satu rombongan kelompok yang datang ke asrama wagil. Karena keterlambatannya
mereka terpaksa berangkat dengan konsekuensi pemotongan modal uang untuk
berangkat menuju lokasi. Kelompok yang terakhir ini berniat berjalan dari
asrama wagil menuju terminal landungsari untuk menghemat minimnya uang yang
diberikan dan mereka tidak diperbolehkan membawa dompet dan hand phone kecuali satu hand phone untuk dokumentasi. Di
perjalanan mereka melakukan penugasan yang diberikan. Dengan ide inisiatif,
mereka membuang sampah, membantu mengatur lalu lintas dan yang uniknya membantu
sopir angkot dengan menjadi kenek yang membuahkan hasil dengan pemotongan tarif
angkot sebesar seribu rupiah.
D
|
i dalam angkot mereka mendapat
kenalan seorang ibu penjual lupis. Ketika bertanya tentang keadaan keluarga kepada ibu itu
mereka sempat terenyuh. Ibu itu menceritakan bahwa suaminya yang dulunya jadi
tukang bangunan panggilan kini sudah tidak bekerja lagi karena beliau jatuh
dari lantai 3 saat mengerjakan proyek di SMK 3 Batu. Ibu itu juga menceritakan
kalau setiap harinya berangkat jam 5:30 untuk menjajakan lupisnya yang
pendapatannya tidak seberapa. Memang beginilah kondisi negeri ini, rakyat
kecilpun masih bisa tetap bertahan atau survive
dalam mengarungi kerasnya hidup ini tanpa mengharapkan bantuan pemerintaha
yang sering memberikan harapan palsu nan semu.
T
|
idak hanya mendapatkan kisah
dengan ibu penjual lupis saja, mereka juga mendapatkan kisah dari sopir angkot.
Sopir angkot yang namanya tidak disebutkan dalam tulisan ini adalah warga
Sumbersekar. Dia telah melewati pahit manisnya dunia traffic kota Batu selama sepuluh tahun. Dia mengatakan bahwa dunia
penumpang angkotan umum di sini masih banyak namun seiring dengan bertambahnya
usia zaman ini berbanding terbalik jumlah penumpang tiap harinya. Kini beliau
hanya mendapat pendapatan tiga puluh ribu rupiah yang sudah bersih dari uang
bensin dan setoran lima puluh lima ribu untuk majikannya. Menarik perkataan
beliau tentang perkembangan zaman yang menjadikannya sebagai korban, ini bisa
menjadikan sebuah pelajaran bahwa kita harus tetap memiliki sifat shuffle agar dapat bertahan di tengah
kerasnya pasar bebas yang akan kita hadapi.
Setelah menjalani perjalanan
penuh ibroh mereka sampai juga di Eco Green Park. Pada saat itu gerimis sudah
mengundang mereka untuk menyantap konsumsi yang ada. Rasa lapar dan dahaga
terbalaskan dengan nikmatnya makanan seadanya yang begitu nikmat ketika
menyantapnya bersama dengan keluarga ETOS MALANG. Setelah konsumsi habis
dilahap mereka langsung masuk menuju wahana di lokasi wisata kali ini. Berbagai
wahana yang disuguhkan membuat rasa penat di otak terbalaskan. Terdapat wahana
yang membuat mereka berdetak kagum saat mereka masuk wahan rumah terbalik.
Setelah itu mereka menikmati berbagai wahana lainnya seperti Water Track, Duck Kingdom, Pemutaran Film Anoman serta berbagai beberapa wahana
lainnya.
Semua wahana dilewati kurang
lebih dua jam dan wahana terakhir yang dikunjungi adalah mushola untuk
menjalankan ibadah sholat dhuhur.
Setelah sholat mereka kembali
menyantap makanan untuk makan siang atau istilah kerennya lunch. Dan setelah menikmati konsumsi makan siang mereka menunggu
angkot yang sedang dipanggil diantara mereka. Setelah angkot datang di tempat
parker, mereka langsung bergegas naik angkot dan bersiap pulang.
Akhirnya sampai juga mereka pada
asrama masing-masing. Rasa lelah terbayar dengan nikmatnya tidur siang atau Seista dalam bahasa Spanyolnya. Dan
armada masa depan siap menjalani hari kedepan dengan berbagai event dan birrul walidaini tentunya.
1 komentar:
Bagaimana peran inisiatif dan kolaborasi dalam mengatasi tantangan yang dihadapi oleh rombongan kelompok yang terlambat dan terbatas dalam hal modal uang selama perjalanan mereka menuju terminal Landungsari?
Regard Telkom University
Posting Komentar