Pages

Minggu, 09 Februari 2014

Rihlah, Piknik dan Tamasya



H
ari itu seluruh rombongan armada masa depan (red: etoser) mengadakan agenda rihlah atau tamasya di penghujung semester ganjil kali. Etos Malang kali ini diisi dengan Golden Generation 2011, Rising Star 2012 dan Youth Revolutioner 2013. Pada kesempatan kali ini mereka akan berangkat menuju Eco Green Park Batu Malang yang merupakan wisata ecology pertama di Jawa Timur.
M
ereka berkumpul di asrama wagil (red: watu gilang) pada pukul 7:30 sesuai dengan jarkoman dari pendamping. Rihlah karena terasa berbeda dengan agenda rihlah sebelumnya. Kali ini mereka menuju ke lokasi tanpa akomodasi transportasi dari manajemen. Kali ini mereka harus sampai di lokasi dengan uang seadanya yang diberikan oleh manajemen.  Tema kali ini adalah survival trip dengan tujuan mendidik mereka untuk berjuang dengan keadaan yang seadanya. Tidak hanya itu saja, rihlah kali ini terasa berbeda karena mereka mendapatkan penugasan untuk mengenal masyarakat dan melakukan hal kebaikan.
S
ebelum berangkat mereka dibagi kelompok lalu mereka diberangkatkan. Setelah diberangkatkan ternyata terdapat satu rombongan kelompok yang datang ke asrama wagil. Karena keterlambatannya mereka terpaksa berangkat dengan konsekuensi pemotongan modal uang untuk berangkat menuju lokasi. Kelompok yang terakhir ini berniat berjalan dari asrama wagil menuju terminal landungsari untuk menghemat minimnya uang yang diberikan dan mereka tidak diperbolehkan membawa dompet dan hand phone kecuali satu hand phone untuk dokumentasi. Di perjalanan mereka melakukan penugasan yang diberikan. Dengan ide inisiatif, mereka membuang sampah, membantu mengatur lalu lintas dan yang uniknya membantu sopir angkot dengan menjadi kenek yang membuahkan hasil dengan pemotongan tarif angkot sebesar seribu rupiah.
D
i dalam angkot mereka mendapat kenalan seorang ibu penjual lupis. Ketika bertanya  tentang keadaan keluarga kepada ibu itu mereka sempat terenyuh. Ibu itu menceritakan bahwa suaminya yang dulunya jadi tukang bangunan panggilan kini sudah tidak bekerja lagi karena beliau jatuh dari lantai 3 saat mengerjakan proyek di SMK 3 Batu. Ibu itu juga menceritakan kalau setiap harinya berangkat jam 5:30 untuk menjajakan lupisnya yang pendapatannya tidak seberapa. Memang beginilah kondisi negeri ini, rakyat kecilpun masih bisa tetap bertahan atau survive dalam mengarungi kerasnya hidup ini tanpa mengharapkan bantuan pemerintaha yang sering memberikan harapan palsu nan semu.
T
idak hanya mendapatkan kisah dengan ibu penjual lupis saja, mereka juga mendapatkan kisah dari sopir angkot. Sopir angkot yang namanya tidak disebutkan dalam tulisan ini adalah warga Sumbersekar. Dia telah melewati pahit manisnya dunia traffic kota Batu selama sepuluh tahun. Dia mengatakan bahwa dunia penumpang angkotan umum di sini masih banyak namun seiring dengan bertambahnya usia zaman ini berbanding terbalik jumlah penumpang tiap harinya. Kini beliau hanya mendapat pendapatan tiga puluh ribu rupiah yang sudah bersih dari uang bensin dan setoran lima puluh lima ribu untuk majikannya. Menarik perkataan beliau tentang perkembangan zaman yang menjadikannya sebagai korban, ini bisa menjadikan sebuah pelajaran bahwa kita harus tetap memiliki sifat shuffle agar dapat bertahan di tengah kerasnya pasar bebas yang akan kita hadapi.
Setelah menjalani perjalanan penuh ibroh mereka sampai juga di Eco Green Park. Pada saat itu gerimis sudah mengundang mereka untuk menyantap konsumsi yang ada. Rasa lapar dan dahaga terbalaskan dengan nikmatnya makanan seadanya yang begitu nikmat ketika menyantapnya bersama dengan keluarga ETOS MALANG. Setelah konsumsi habis dilahap mereka langsung masuk menuju wahana di lokasi wisata kali ini. Berbagai wahana yang disuguhkan membuat rasa penat di otak terbalaskan. Terdapat wahana yang membuat mereka berdetak kagum saat mereka masuk wahan rumah terbalik. Setelah itu mereka menikmati berbagai wahana lainnya seperti Water Track, Duck Kingdom, Pemutaran Film Anoman serta berbagai beberapa wahana lainnya.
Semua wahana dilewati kurang lebih dua jam dan wahana terakhir yang dikunjungi adalah mushola untuk menjalankan ibadah sholat dhuhur. Setelah sholat mereka kembali menyantap makanan untuk makan siang atau istilah kerennya lunch. Dan setelah menikmati konsumsi makan siang mereka menunggu angkot yang sedang dipanggil diantara mereka. Setelah angkot datang di tempat parker, mereka langsung bergegas naik angkot dan bersiap pulang.
Akhirnya sampai juga mereka pada asrama masing-masing. Rasa lelah terbayar dengan nikmatnya tidur siang atau Seista dalam bahasa Spanyolnya. Dan armada masa depan siap menjalani hari kedepan dengan berbagai event dan birrul walidaini tentunya.

1 komentar:

Teknik Informatika mengatakan...

Bagaimana peran inisiatif dan kolaborasi dalam mengatasi tantangan yang dihadapi oleh rombongan kelompok yang terlambat dan terbatas dalam hal modal uang selama perjalanan mereka menuju terminal Landungsari?
Regard Telkom University