Tak Begitu Spesial
M
|
inggu ini terasa sama seperti biasanya dan tampak ada yang berbeda apalagi
spesial. Mereka armada perubahan (red. Etoser) masa depan berniat untuk
mencari ilmu dengan jalan yang benar. Beberapa revolutioner ini bersiap
untuk pergi membimbing adik-adik binaan di Desa Produktif yang telah terprogram
di Beastudi Etos Malang ini. Di minggu mereka kedatangan tamu spesial dalam
membina adik-adik kali ini, beliau adalah pak Amir dari manajemen pusat
beastudi indonesia divisi SDP (Sekolah Desa Produktif). Acara yang bertempat di
Widlok (Widay Loka) ini dimulai kisaran pukul 13.00 waktu Brawijaya. Beberapa armada
perubahan yang hadir di situ antara lain Sufiyah, Bthari, Leli, Amik, Riki,
Jayuli, Ukhti Ana dan Akh Lalu tentunya, serta bapak Amir selaku evaluator yang
memonitor jalannya pembinaan adik-adik kali ini.
![]() |
Bakso President Malang |
Ketika
sampai di samping Griya Medika mereka (Eri, Ukh Ana, Yogi, Riki, Pri, Amik dan
Haris) harus tunggang langgang karena hujan mulai turun dengan derasnya. Dari sinilah babak aneh dimulai. Saat
menunggu angkot untuk pergi ke lokasi pembinaan mereka sempatkan sedikit
ceriwisan ala armada perubahan. Ketika angkot yang dinanti telah tiba, semua
armada berlari untuk menghentikan angkot. Dengan kecepatan penuh sampai-sampai
ponsel dari Eri terjatuh dan angkotpun juga tidak mau berhenti. Sungguh malu
rasanya hati mereka. Menunggu sebentar akhirnya angkot yang mereka tunggu
datang dan ditolak pula karena harga yang ditawarkan tidak sesuai tarif biasa. Tak
lama setelah itu mereka langsung naik ke angkot lain tanpa menanyakan tarifnya.
Dengan gelagat yang sopan sopir awalnya melayani mereka dengan santun, namun
ketika ditanya tujuan mereka sang sopir langsung menceploskan harga yang sama
dengan angkot sebelumnya kalau pengen diantarkan sampai tujuan. Sedikit berpikir
akhirnya mereka memutuskan untuk memakai tarif biasa saja walau turun sedikit
jauh dari lokasi yang akan dituju. Memang aneh dunia ini, masih banyak saja orang yang menolong dengan
mengharapkan imbalan.
Hal
aneh yang kedua ialah ketika mereka berjalan melewati depan-depan took setelah
diturunkan dari angkot dengan keadaan basah kuyup seperti anak kucing baru
dimandikan. Mereka berjalan
sekitar 300 meter dari tempat mereka diturunkan oleh sopir angkot yang memel
saat kami membayarnya. Hal yang ketika yang terasa aneh ialah disaat ada jalan
yang mudah dan mulus untuk ditapaki, mereka malah memilih menelusuri rel kereta
api. Untung saat itu tidak ada kereta yang lewat, bisa kotiam kalau ada
kereta yang lewat.
![]() |
Pak Rahman (pemilik Bakso President) |
Setelah melakukan
perbincangan sebentar dengan pemilik depot itu mereka langsung mencari tempat
duduk untuk mencoba Bakso President tersebut. Menunggu sekitar 20 menit
menu yang dipesan siap disantap oleh armada perubahan yang gila gratisan ini. Setelah
selesai makan mereka langsung pulang bak singa yang lari setelah makan
mangsanya. Namun sebelum pulang ada kejadian aneh lagi, yaitu mereka menagih
kalender yang tadinya dijanjikan untuk diberikan oleh pegawai depot tersebut. Menunggu
sekitar 10 menit tiada muncul pegawai yang mengambilkan kalender tersebut. Akhirnya
mereka pulang juga. Berangkat diiringi dengan hujan yang mengguyur, pulangpun
ditemani dengan hujan deras yang mengguyur kota dingin yang sedang panasnya
oleh one way ini.
![]() |
Rising Star with pak Rahman |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar